Selasa, 04 September 2012

Puisi Kerinduan


Kerinduanku 
oleh: Zulmi Arnoli

 
Menatap mentari indah di pagi hari
Ku sambut pagi dengan senyuman
Melewati hari demi hari
Tapi satu kenyataan yang kusadari
bahwa aku sendiri disini tanpamu
tanpa dirimu disisiku
 
jarak jauh jadi pemisah antara kita
jarak memang selalu jadi pemisah
tapi satu yang tidak bisa dipisahkan dan dihilangkan dari diriku
kerinduan yang sangat mendalam terhadapmu
kerinduan yang hanya bisa di hilangkan bila aku bertemu dengan mu
walau aku bisa mendengar suara mu
tapi rasa rindu ini tak bisa sirna dari benakku
 
Ketahuilah,aku selalu menantikan kehadiran mu
Kurindu tingkah lakumu
Kurindu canda tawa mu
Kurindu waktu kita bersama
Waktu indah yang selalu terkenang didalam pikiranku
 
Kapan kau kembali aku tak tau
Dan aku hanya bisa selalu berharap
Berharap kau datang dengan senyuman indah dibibirmu
 
Seperti  bintang- bintang dilangit
Seperti debu yang beterbangan
Seperti buih dilautan
Sampai matipun kau tidak akan tau bahwa aku merindukan mu
 
Tuhan
Sampaikanlah rasa rinduku padanya
Agar dia tau bahwa disini aku selalu merindukan
Dan diriku akan selalu menantinya disini

Minggu, 02 September 2012

Perilaku Menyimpang


Perilaku menyimpang


Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.

Definisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.[1]
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi :
  1. Menurut James Worker Van der Zaden. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
  2. Menurut Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
  3. Menurut Paul Band Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

Ciri-ciri

Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan. Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
  2. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, ada kalanya penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.
  3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak. Semua orang pernah melakukan perilaku menyimpang, akan tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan setiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya.
  4. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
  5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara terbuka. Jadi norma-norma penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga.
  6. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.

Penyebab Terjadi

Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
  1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
  2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu
  1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
  2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Misalnya, seorang anak yang melakukan tindakan kejahatan setelah melihat tayangan rekonstruksi cara melakukan kejahatan atau membaca artikel yang memuat tentang tindakan kriminal. Demikian halnya karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi pada penjahat berdasi putih (white collar crime) yakni para koruptor kelas kakap yang merugikan uang negara bermilyar- milyar. Berawal dari kecurangan-kecurangan kecil semasa bekerja di kantor/mengelola uang negara, lama kelamaan makin berani dan menggunakan berbagai strategi yang sangat rapi dan tidak mengundang kecurigaan karena tertutup oleh penampilan sesaat.
  3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang. Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat makin menindas maka lama-kelamaan rakyat akan berani memberontak untuk melawan kesewenangan tersebut. Pemberontakan bisa dilakukan secara terbuka maupun tertutup dengan melakukan penipuan-penipuan/pemalsuan data agar dapat mencapai tujuannya meskipun dengan cara yang tidak benar. Penarikan pajak yang tinggi akan memunculkan keinginan memalsukan data, sehingga nilai pajak yang dikenakan menjadi rendah. Seseorang mencuri arus listrik untuk menghindari beban pajak listrik yang tinggi. Hal ini merupakan bentuk pemberontakan/perlawanan yang tersembunyi.
  4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
  5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan menyimpang pada diri anak dan anak menganggap perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang wajar/biasa dan boleh dilakukan.

Bentuk

Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.
  • Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
  1. Penyimpangan bersifat positif. Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karier.
  2. Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bobot penyimpangan negatif didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada umumnya dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:
    1. Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih diterima di masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut. Misalnya, siswa yang terlambat, pengemudi yang sesekali melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar pajak.
    2. Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang melakukan tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan masyarakat dan mereka biasanya di cap masyarakat sebagai “pencuri”, “pemabuk”, "penodong", dan "pemerkosa". Julukan itu makin melekat pada si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.
  • Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :
  1. Penyimpangan individual (individual deviation)
Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan, seperti: mencuri, menodong, dan memeras. Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.

1.      Pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2.      Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
3.      Pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum yang berlaku dalam masyarakat.
4.      Perusuh atau penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan norma-norma umum, sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
5.      Munafik yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji, berkata bohong, mengkhianati kepercayaan, dan berlagak membela

Jumat, 31 Agustus 2012

Cerpen Remaja Terbaru 2012

Cinta Pertama


Aku bertemu ina saat masih duduk di bangku MTS, bagiku dia hanyalah teman biasa. Setiap hari aku berjumpa dan selalu bercanda ataupun bermain bersama. Tak terasa sudah 3 tahun berlalu, aku sekarang sudah berada dikelas 3 sama seperti ina, kebetulan selalma 3 tahun aku selalu berada dikelas yang sama, dan semakin lama aku melihat ataupun berada disampingnya aku merasa terdapat suatu kenyamanan yang tidak dapat aku rasakan bila berada disamping temanku yang lain. Dan terkadang aku merasa cemburu jika ada laki-laki lain yang mendekatinya.
Setelah menyelesaikan ujian akhir sekolah, aku dan teman-teman mengadakan perjalanan untuk menghilangkan stres ataupun kepenatan karena telah banyak menguras pikiran untuk ujian, aku berharap ina mau ikut dengan kami, tapi ternyata dia tidak mau ikut. Entah mengapa aku menjadi kesal dan sedih karena dia tidak ikut, aku berpikir apakah mungkin aku mencintainya. Memang aku belum pernah mencintai seseorang ataupun menjalin hubungan dengan orang lain, tapi aku acuhkan semua pikiran itu.
Tidak lama setelah kami pulang dari perjalanan, kamipun mengadakan acara perpisahan dengan teman-teman dan guru. Kemudian aku melihat ina dan bertanya, ”ina kamu mau melanjutkan sekolah dimana” tanyaku, ”mungkin aku akan sekolah ke luar riau”. Entah mengapa kali ini aku makin sedih setelah mendengar jawaban itu. Tak ingin rasanya aku berpisah jauh dengannya. Tapi perasaan itu masih ku tahan.
Beberpa bulan berikutnya aku sudah duduk di bangku SMA. Aku masih sering menghubungi ina melalui SMS ataupun menelponnya. Saat itu aku mulai berani mengatakan bahwa aku kangen dia, tapi aku belum berani mengatakan bahwa aku mencintainya. Hingga suatu saat ketika bulan ramadhan ia mengatakan bahwa dia akan pulang keriau, aku sangat senang ketika mendengar kabar itu. Terpikir dalam kepalaku inilah saatnya aku mengungkapkan perasaanku kepadanya.
Bulan ramadhan pun tiba, ina pun pulang, tapi sudah 2 minggu lamanya aku belum juga berjumpa dengannya. Aku hanya bisa menghubunginya melalui Hp saja. Hingga suatu hari aku mulai memberanikan diri mengungkapkan perasaanku kepadanya. ” ina sebenarnya selama ini aku sangan mencintaimu”, itulah kalimat yang aku kirimkan kepadanya melalui SMS, ”aku juga mencintaimu’ balasnya. Aku kaget setengah mati melihat balasan darinya. ”aku serius ina aku benar-benar mencintaimu, maukah kau menjadi kekasihku?’ tanyaku kembali, ” sudahlah jangan bercanda ladi aku jadi geli mendengarnya” jawab ina. Aku tidak mengerti mengapa ina menganggap aku bercanda. Mungkin selama ini aku memang selalu bercanda kepadanya. ”ina aku tidak bercanda, aku serius, apakah kamu mau menjadi kekasihku” kali ini ina mungkin sudah merespon kata-kataku. ”aku tidak bisa menjawab sekarang” katanya. Akhirnya aku memberikan waktu kepadanya untuk berfikir.
Idul fitri pun tiba, tapi ina masih belum menjawab. Aku hanya bisa bersabar, hingga tidak lama dari itu teman-teman mengajakku untuk jalan-jalan. Ternyata ina ikut,dan aku sangat senang. Memang beda kelihatanya setelah aku mengatakan perasaanku kepadanya, tapi aku tidak peduli dengan semua itu.
Keesokkan harinya ternyata ina harus kembali pulang karena tidak lama lagg=gi dia akan masuk sekolah. Aku sangat sedih,selain karena dia akan pergi, juga karena dia belum menjawab pertanyaanku. Aku berfikir mungkin ina tidak menanggapi dan hanya menganggap aku bercanda.
            Tiba-tiba Hpku berbunyi,aku melihat sebuah pesan singkat dari ina ” bagaiman kalau kita coba jalani dulu” aku kaget,dan ku langsung bertanya kembali, ” ina apakah pesan ini berarti kau mau menjadi kekasih ku?” tanyaku. ” iya cerewet” balasnya. Melihat itu aku seperti melayang kelangit ketujuh. Aku sangat senang karena ina mau menjadi pacarku.